Jumat, 07 Desember 2018

PRAMUKA DAN PENDIDIKAN KARAKTER






Pendidikan karakter memang harus dilakukan sejak dini, menanamkan nilai karakter budaya pendidikan, bahkan sejak dalam usia dini yang menurut pada ahli berada pada usia lahir hingga 6 (enam) tahun, atau bisa disebut masa keemasan (the golden age). Masa ini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak, sekaligus masa kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Itu sebabnya pendidikan karakter akan lebih tepat apabila dilakukan sejak dalam Pendidikan Anak Usia Dini.

Pramuka dianggap sebagai wahana pembentukan karakter siswa, karena dalam Pramuka siswa dilatih kepemimpinan, kerja sama, solidaritas, mandiri, dan keberanian. Hal ini kiranya sebagai penyeimbang kegiatan pembelajaran dalam kurikulum formal yang lebih berorientasi pada ranah kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (keterampilan). Berbagai aktifitas yang menyenangkan dan menarik dapat menjadi bagian dari cara Gerakan Pramuka untuk membentuk karakter diri individu. Pendidikan kepramukaan merupakan proses pendidikan luar lingkungan sekolah dan di luar keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan (PDK dan MK) yang sasaran akhirnya pembentukan watak.

Dalam sejarahnya, Pramuka yang merupakan singkatan dari Praja Muda Karana merupakan organisasi kepanduan yang tidak hanya populer di Indonesia, namun juga di kancah dunia. Baden Powell, sang bapak pandu dunia mengandaikan kegiatan kepanduan ini sebagai sarana pendidikan melalui kegiatan yang menyenangkan. Tipologi menyenangkan ini tentu saja menarik simpati dan minat anak-anak. Sehingga, kegiatan kepanduan ini cepat menyebar ke seluruh dunia. Di Indonesia, organisasi kepanduan ini sangat berperan penting dalam sejarah pergerakan nasional, baik pra maupun pasca kemerdekaan.

Hingga saat ini, Pramuka menjadi kosakata yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Meskipun sebelumnya Pramuka ini bukan merupakan kegiatan wajib di sekolah, namun faktanya hampir semua satuan pendidikan, mulai SD (Siaga dan Penggalang), SMP (Penggalang), SMA (Penegak), bahkan di tingkat Perguruan Tinggi ada satuan gerakan Pramuka yang disebut Racana. Dan, diakui atau tidak keberadaan kegiatan Pramuka di sekolah terbukti telah mampu memberikan arti tersendiri terhadap proses pembelajaran. Pada titik inilah, kebijakan Pramuka yang dijadikan sebagai ekstrakulikuler wajib di sekolah menjadi faktor penting dalam mewujudkan pendidikan karakter.

Ada beberapa argumen, mengapa pramuka signifikan dalam menunjang pendidikan karakter ini. Pertama, Pramuka dikenal sebagai kegiatan yang menyenangkan. Menyanyi, bermain, tepuk tangan, tali temali, sandi-sandi, penjelajahan adalah beberapa bentuk dari kegiatan Pramuka yang berbasis fun, menyenangkan. Kegiatan yang bisanya dilakukan di tempat terbuka ini akan memberi "ruang baru" bagi siswa atas dominasi ruang kelas yang selama ini "membelenggu". Sehingga, dalam kegiatan outdoor ini siswa mampu mengekspresikan bakat dan minatnya secara bebas dan gembira. 

Kedua, Pramuka adalah salah satu media pendidikan yang berbasis pada pengoptimalan otak kanan siswa. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa proses pembelajaran di kelas lebih dominan pada pengembangan otak kiri (IQ: Intelectual Quotient), sementara pengembangan otak kanan (EQ: Emotional Quotient) seringkali mendapatkan porsi yang sangat sedikit. Pramuka adalah wahana pengembangan emosional otak kanan, di mana siswa dilatih untuk berinteraksi, berkomunikasi, kreatif, dan berafiliasi dengan teman-teman lainnya. Di sinilah kemampuan sosial siswa dibangun, sehingga mampu mewujudkan salah satu pilar pendidikan versi UNESCO (lembaga PBB yang menangani pendidikan dan kebudayaan), yakni membekali siswa untuk dapat life together, hidup bersama dengan damai dan harmonis. 

Ketiga, Pramuka melatih mental yang kuat. Melalui Pramuka, siswa dibekali dengan sikap mental yang tangguh seperti disiplin, berani, loyal, bertanggung jawab dan sifat-sifat lainnya, yang terdapat dalam Dasa Dharma (sepuluh bakti) Pramuka. Sikap mental ini barangkali tidak ditemui dalam proses pembelajaran formal. Adalah sebuah kenyataan bahwa ada siswa yang cerdas dan pandai, namun menjadi sosok yang penakut, tertutup, sulit bergaul dan sebagainya. Di sini Pramuka adalah solusi untuk mengatasi persoalan mentalitas siswa tersebut.

Pendidikan dalam Gerakan Pramuka adalah proses pendidikan sepanjang hayat yang berkesinambungan dengan sasaran menjadi manusia bertaqwa, berbudi pekerti luhur, mandiri, memiliki kepedulian tinggi terhadap nusa bangsa, masyarakat dan lingkungannya, alam seisinya, bertanggung jawab serta berpegang teguh pada nilai dan norma masyarakat.
prinsip dasar pendidikan dalam arti luas bertumpu pada empat sendi atau soko guru, yaitu :
1) Belajar mengetahui (learning to know)
2) Belajar Berbuat (learning to do)
3) Belajar hidup bermasyarakat (learning to live together)
4) Belajar untuk mengabdi (learning to serve).
Kenapa di sebut pendidikan sepanjang hayat? karena setiap jenjang dari usia peserta didik, Pembina sampai Pelatih Pembina, pendidikannya selalu berkesinambungan dan tidak pernah berhenti, pengembangan nilai karakter pada peserta didik. Pembina maupun pelatih secara terus menerus dalam wadah latihan atau temu pembina yang di dalamnya selalu mengedepankan pendidikan karakter, yang tentu akan memberikan efek baik pada saat pembina melaksanakan pembelajaran pada peserta didik.


Berikut ini nilai-nilai pendidikan karakter, antara lain, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

Sedangkan nilai-nilai dalam Dasa Darma Pramuka meliputi, Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia; Patriot yang sopan dan ksatria; Patuh dan suka bermusyawarah; Rela menolong dan tabah; Rajin, terampil dan gembira; Hemat, cermat dan bersahaja; Disiplin, berani dan setia; Bertanggung jawab dan dapat dipercaya; Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.






ARTIKEL REFERENSI :

https://kumparan.com/beritabojonegoro/opini-pramuka-sebagai-solusi-penguatan-pendidikan-karakter